in Opini, Umum

Kesadaran Kuantitatif dalam ‘I love you 3000’

Bagi yang sudah menonton Avengers: Endgame, mungkin terkesan dengan ungkapan I love you 3000. Tagar #iloveyou3000 pun segera merebak di media sosial. (Semoga ini bukan termasuk sebagai spoiler ya).

Twitter user @Ashril_92 tweeted, “When Tony says ‘I love you tons’ she says ‘I love you 3000’ A ton is 2000 pounds. Saying I love you 3000 means she loves him more.”

Penggalan dialog tersebut, seperti ditulis Watching Hollywood, merupakan sebuah pengalaman nyata, yakni sebuah ungkapan sederhana dari salah satu anak Robert Downey Jr, pemeran Iron Man. Sang anak sering mengucapkan, “I love you 3000” sebelum ia tidur.

Namun tidak dijelaskan, anak yang manakah yang mengucapkan kalimat yang hastagable tersebut, karena Downey Jr memiliki 3 anak.

Tiga ribu mungkin lebih bisa mewakili untuk ‘menghitung’ perasaan cinta yang banyak. Saya yakin, semua setuju bukan, bahwa cinta dan atribut-atributnya tidak dapat dihitung? Ungkapan I love you 3000 itu bisa jadi tidak tepat untuk dipahami dengan pendekatan kuantitatif. Hal tersebut susah diukur karena tidak adanya satuannya, unitnya. Hehe saya terlalu serius ya membahasnya?

Memang dengan (figure) angka, sesuatu bisa menjadi sederhana; dan mudah dipahami. Hanya sayangnya banyak yang tidak sengaja atau kesulitan memberikan informasi yang mudah dipahami. Banyak informasi yang bias (bahkan menjadi hoax) mana kala tidak dilengkapi data yang akurat.
Misalnya ketika ditanya, ada berapa data yang salah input, maka dijawab dengan mudah: banyak, pokoknya banyak.

Di blognya, Pak Budi Rahardjo juga menceritakan pengalamannya mendapatkan jawaban ‘banyak’ dari mahasiswanya. Sebuah jawaban yang sangat personal kadang-kadang!
Namun demikian, dalam konteks tertentu, ukuran ketepatan tidaklah terlalu penting. Umumnya hal-hal yang terkait dengan pengalaman atau pemahaman personal tidak terlalu mementingkan angka-angka dan ukuran kuantitatif lainnya.
Hanya saja, untuk hal-hal yang bersifat resmi, institusional atau profesional, informasi yang disampaikan haruslah dapat dilengkapi dengan acuan kuantitatif yang dapat dipertangungjawabkan. Ketika seseorang menentukan target pencapaian kerjanya misalnya, akan lebih akuntabel jika targetnya adalah: Menyelesaikan penjualan sebanyak 1000 item dalam 6 bulan, untuk area pemasaran Jakarta Selatan. Perusahaan tentu akan lebih mudah memahami dan mengukur kinerjanya.

Hal-hal dan kesadaran untuk menggunakan ukuran yang kuantitatif sudah selayaknya untuk digalakkan. Mari untuk menyampaikan informasi dengan selalu berdasarkan fakta, sumber yang valid, data yang dapat dirujuk dengan ukuran kuantitatif dan akuntabel.

Pasti banyak yang setuju dengan tulisan ini. Tapi seberapa banyak? — Ya banyak! 🙂

Write a Comment

Comment